9 Agu 2011

ke Taman Impian 6 - Elemen - Elemen Taman Jepang

Tsukubai wadah air dari batu - Taman Saya
Tsukubai wadah air dari batu

Air
Elemen dasar adalah air, batu, dan tanaman. Selain sebagai sumber kehidupan, air digunakan untuk menyucikan benda dari dunia profan sebelum memasuki kawasan sakral. Air dialirkan dari sungai untuk membuat kolam dan air terjun.


Tanaman
Bertolak belakang dari batu yang melambangkan keabadian, pohon, perdu, bambu, rumpun bambu, lumut, dan rumput adalah benda hidup yang tumbuh seiring dengan musim sebelum menjadi tua dan mati.


Bertolak belakang dengan taman gaya Eropa yang berfokus pada warna-warni semak dan bunga, taman di kuil Zen hanya berupa hamparan pasir.

Taman rumah teh hanya menggunakan tanaman berdaun hijau dan pohon maple yang daunnya menjadi merah di musim gugur.

Perbedaan antara lereng gunung, padang rumput, dan lembah dinyatakan dalam pemakaian berbagai macam spesies pohon dan perdu yang dipotong dan dipangkas hingga menyerupai berbagai bentuk.

Pohon dan perdu juga dipakai sebagai penghubung antar dua lokasi pemandangan di dalam taman.

Bukit-bukit buatan dibangun dari gundukan tanah. 

Batu
Disusun menyerupai bentuk alam seperti pegunungan, air terjun, dan pemandangan laut, dan dipilih berdasarkan bentuk, ukuran, warna, dan tekstur.


Batu adalah elemen terpenting dalam taman karena dapat dipakai untuk melambangkan pegunungan, garis pantai, dan air terjun.

Di taman yang memiliki pulau kura-kura dan pulau burung jenjang di tengah kolam, batu-batu diletakkan untuk memberi kesan adanya kepala dan ekor.

Batu berukuran sedang digunakan sebagai batu pijakan (tobiishi) yang dipasang bersela-sela di jalan setapak, batu yang menutup jalan setapak disebut batu ubin (shikiishi), ketika berjalan di atasnya saat hari hujan, pakaian dan alas kaki akan terhindar dari percikan air, tanah, dan lumpur.

Di taman batu Jepang, hamparan pasir dan kerikil diratakan dengan penggaruk menjadi pola-pola yang melambangkan benda yang mengalir seperti awan dan arus air.


Butiran pasir dan kerikil yang dipakai tidak berukuran terlalu halus karena mudah diterbangkan angin atau dihanyutkan oleh air hujan. Sebaliknya, butiran pasir dan kerikil yang berukuran terlalu besar akan sulit ditata dengan penggaruk.

Pemilihan pasir dan kerikil juga mempertimbangkan warna, pasir berwarna putih memberi kesan murni dan cemerlang di bawah sinar matahari, sedangkan pasir berwarna gelap mengesankan keheningan.

Batu untuk taman berasal dari pegunungan, pinggir laut, atau pinggir sungai, dan digolongkan menjadi tiga jenis: batuan sedimen, batuan beku, dan batuan malihan.


Batuan sedimen biasanya memiliki permukaan yang halus dan bulat karena terkikis air, batuan seperti ini dipasang di pinggir kolam dan sebagai batu pijakan di jalan setapak, batu potong dari batuan sedimen juga populer untuk membangun jembatan, wadah batu berisi air, dan lentera batu.

Batuan beku berasal dari gunung berapi dan biasanya memiliki bentuk dan tekstur yang kasar, batu seperti ini dipakai sebagai batu pijakan atau sebagai elemen yang menonjol, misalnya diletakkan untuk melambangkan puncak gunung.

Batuan malihan adalah batu keras yang biasanya dipasang di sekeliling air terjun atau aliran air.

Pagar
Di taman rumah teh dan taman Jepang model kolam di tengah (shisen kaiyu), pagar dan bangunan gerbang merupakan elemen penting dalam lanskap, pagar secara garis besar terdiri dari pagar hidup (ikigaki) dari tanaman perdu yang dipangkas dan pagar buatan dari kayu atau bambu.

Pagar hidup berfungsi sebagai pembatas, penghalang pandangan, pelindung dari angin, api, dan debu, serta penghambat suara. Pagar bambu tembus cahaya (sukashigaki) disusun dari batang-batang bambu yang lebar-lebar jaraknya hingga pemandangan di balik pagar masih terlihat. Sebaliknya, pagar pembatas (shaheigaki) dibangun dari susunan bambu yang rapat dan membatasi pemandangan di baliknya.

Di dalam taman tidak digunakan dinding dari tanah yang dikeraskan, kayu, atau batu. Dinding hanya dipakai sebagai dinding luar pembatas taman.


Lentera
Lentera (toro) berasal dari tradisi Cina untuk menyumbangkan lentera ke kuil Buddha. Sejak zaman Heian, lentera juga disumbangkan ke kuil Shinto untuk penerangan di malam hari dan sebagai hiasan.


Lentera batu mulai dijadikan dekorasi standar di taman rumah teh sejak zaman Muromachi, setelah menjadi mode di taman-taman rumah teh, lentera batu akhirnya dipasang di berbagai taman Jepang karena keindahan dan kegunaannya.

Wadah air
Wadah batu berisi air (tsukubai) adalah perlengkapan standar taman rumah teh.


Air dari tsukubai dipakai untuk mencuci tangan tamu sebelum mengikuti upacara minum teh, tradisi menyediakan wadah batu berisi air di taman rumah teh berasal dari tradisi menyediakan wadah batu berisi air dalam agama Buddha dan Shinto.

Sebelum berdoa di kuil, orang berkumur dan membersihkan diri dengan air dari wadah batu yang disebut chozubachi, wadah batu yang diletakkan di tanah disebut tsukubai chozubachi (disingkat tsukubai) karena orang yang mengambil air harus berjongkok (tsukubau).

Setelah banyak dipasang di taman-taman, tsukubai akhirnya dijadikan perlengkapan standar di taman-taman rumah teh.

Selain tsukubai terdapat dua bentuk lain wadah air dari batu, wadah batu yang memungkinkan orang mengambil air sambil berdiri disebut tachi chozubachi (chozubachi berdiri).


Wadah air yang diletakkan berdekatan dengan beranda bangunan disebut ensaki chozubachi (chozubachi beranda).

Jembatan
Dalam desain taman dengan air sebagai subjek utama, jembatan adalah elemen dasar yang menambah harmoni dalam lanskap. Jembatan juga berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian taman yang dipisahkan oleh air.


Di taman batu Jepang, jembatan batu dibangun untuk memberi kesan bahwa di bawah jembatan ada "air" yang mengalir.

Di taman gaya Jodo, jembatan melambangkan jembatan Sungai Sanzu yang harus diseberangi arwah orang yang meninggal untuk sampai ke akhirat.


Selain itu, jembatan berfungsi sebagai pemisah, seperti halnya fungsi gerbang tengah (chumon) di taman teh yang memisahkan taman dalam (kawasan sakral) dan taman luar (kawasan profan).

Inspirasi ke taman impian ini saya peroleh dari berbagai sumber yang saya kembangkan berdasar pengalaman saya menekuni dunia pertamanan, kalau ingin melihat versi aslinya silahkan klik.

Lanjutan dari :
ke Taman Impian 1, ke Taman Impian 2, ke Taman Impian 3, ke Taman Impian 4, ke Taman Impian 5.

Label:
IXOYE
Taman Saya adalah wujud dari keinginan untuk melestarikan tanaman, sebagai orang lapangan di taman, saya berbagi pengalaman.

1 komentar:

Kam Log. mengatakan...

I like these posts read.
London Escorts Agency

Posting Komentar

Silahkan bertanya atau menambahkan wawasan..

Entri Terbaru